Melukis Cerita

Berjuta Kata, Beragam Warna

REVIEW #55: Sakura Kiss

Tinggalkan komentar

Judul                   : Sakura Kiss

Penulis                : Hanifa Vidya (Vini Vidi Vivi)

Penerbit              : Karos Publisher

Tahun Terbit       : 2023

Tebal Halaman  : 429 halaman

“Buddies, welcome to Around the World season Japan!”

Seharusnya, Pita excited karena menjadi salah satu traveller di Around the World. Seharusnya, Pita senang karena Jepang adalah salah satu negara impiannya sejak lama. Seharusnya, Pita mempersiapkan diri karena akan ‘bertemu’ Sakura Kiss yang dia mimpi-mimpikan.

Tapi, apa Pita masih bisa merasa excited kalau ia tahu, ia akan menghabiskan waktu dua bulan bersama Hans, seniornya di dunia tarik suara sekaligus orang yang paling dia hindari? Apa Pita masih bisa merasa senang jika ia terus berada di sekitar orang yang berasal dari masa lalunya itu? Apa Pita masih bisa menikmati Jepang di saat Hans mulai penasaran dan terus berusaha mencari masa lalu mereka yang Hans lupakan—sementara Pita tidak mau Hans mengingatnya?

Bagaimana caranya supaya Hans nggak ingat kalau selama dua bulan mereka harus bekerja bersama di Jepang?

🌸 🌸 🌸

“Setiap progress sekecil apapun itu bukti bahwa lo nggak diam di tempat. Nggak ada kata terlambat. Lo bakal mekar di saat yang tepat.”

– Hans, hlm 177

Buku yang sudah selesai dibaca setahun lalu, dan baru sadar belum diunggah di blog, hahaha.

Setelah kukulik-kulik draft ulasanku, ternyata aku pernah punya catatan pas baca versi wattpad, semoga ini tidak jauh beda dengan ulasanku versi cetak—tentunya beberapa ku padukan setelah baca versi cetak.

Sesuai blurb-nya, novel ini berlatar syuting acara travel di Jepang. Diceritakan dari dua sudut pandang tokoh utamanya, Pita dan Hansel. Pita Janari, pemenang ajang nyanyi The Super Show sekaligus si artis baru, mati-matian menghindari seniornya, Hansel van de Jager—termasuk dengan cara menjuteki seniornya itu. Usut punya usut, Hans bukan cuma senior Pita di dunia tarik suara, tapi juga mantan seniornya di SMA dulu. Sayangnya, Pita tidak ingin Hans mengingat-ingat masa-masa di SMA—tepatnya, Pita juga tidak ingin mengingat-ngingatnya lagi. Sayangnya lagi, Hans mulai kepo dengan Pita dan juga masa lalu yang membuat Pita sejutek itu padanya. Masa lalu yang ingin Pita rahasiakan dari Hansel, juga satu Indonesia.

Come on, Pit, grow up. I know problem’s sucks, but it doesn’t mean you can always run and hide. Dan jangan beralasan lo merasa nggak ada yang perlu dibicarain. Pasti ada. Lo cuma belum siap mentally, makanya lari mulu.”

– Pinandito, hlm 168

Dua kepribadian berlawanan dipadukan dengan apik di novel ini. Kita akan menyelami isi kepala dan juga tindakan-tindakan Hansel si ENFP dan juga Pita si ISTJ (? Kalau gak salah). Diceritakan dengan gaya bahasa mbak Vivi yang enak dan mengalir, alurnya yang gak berbelit-belit. Fun-fact yang disajikan tentang tempat-tempat wisata di Jepang yang diselipkan di tengah percakapan dan proses syuting mengalir halus, humor-humor yang kekinian juga jargon baru semacam Petrus Jakandor Simanjuntak Sihombing Hutapea dan CMIIS: correct me if I’m sotoy, bisa ditemukan di novel ini.

Satu hal yang menurut gue keren dari Bandara Haneda adalah fasilitas prayer room di mana tim kami bisa salat dengan tenang.

– Hans, hlm 64

Dia mengambil  dua penyegar nafas beda merk bersamaan. Pita mengambilnya satu per satu, membolak-baliknya seakan menimbang sesuatu.
“Yang C,” ujar gue, menyebutkan merk permen di tangan kirinya. “Yang C considered safe. Yang L mengandung gelatin hewani which is considered haram.”

– Pita dan Hans

Novel ini seharusnya ber-genre roman-komedi, tapi menurutku novel ini berhasil jadi “kisah roman yang dibumbui travelling“. Ibarat obat, senyawanya berhasil ketemu eksipien yang pas. Berhasil memberi efek gemes-gemes baper sekaligus memberikan referensi itenerary buat yang mau travelling ke Jepang dengan amat sangat komprehensif—tentunya, ini pandangan orang yang belum pernah ke Jepang dan menikmati detail versi buku. Kita akan dibawa tim Around the World untuk menjelajah ke Sapporo, Sendai, Osaka, Nagoya,

Tentunya selain kisah love-hate-relationship-nya Pita dan Hansel, juga tentang Jepang, kita akan menemukan isu-isu internal keluarga dan juga kasus bullying yang mencampur adukkan perasaan—yang lagi-lagi, disajikan dengan smooth.

“How much can I trust you?”
“For better or worse.”

– Pita dan Hans, hlm 222

Porsi karakternya pas. Hans dan Pita sebagai karakter utama jelas dominan, tapi karakter pendukung juga berperan banyak untuk dinamika cerita (bahkan saat secara fisik mereka gak muncul). Karakter Pita dan Hans terasa kuatnya, konsisten sepanjang cerita—tapi entah kenapa aku sempet sebel sama mereka di awal? Gara-gara Hans yang kekanakan sama Pita, juga Pita yang dikit-dikit konfrontasi. Ada masalah apa sih kalian!? (‘lah, masih nanya?’ Pita said 😂) Tapiii, di luar itu, interaksi mereka manis, terutama Pita yang gak sadar kalau dikit-dikit dia nyamperin Hans :)

Ada beberapa detail yang membuatku bingung, seperti detail soal zairyu card, timeline, istilah musik, ponakan Pita, over all itu gak menganggu alur. Oh, di versi wattpad aku sempat mencatat kalau perlu adanya background cerita soal Sri yang merupakan anak asuh keluarga van de Jager dan Liam—adiknya Hansel—yang lagi kuliah di Singapura. Di novel, ini sudah cukup dimasukkan.

Tentunya, karena ini novel berbumbu travelling, tidak afdol kalau kita nggak sebut destinasi impian. Destinasi impian sekaligus favoritku? Universal Studio Osaka, mau jugaa ke Detective Conan World 😢 Mau reka adegan saat Hans mendesak Pita buat cerita sambil bilang, “Shinji wa itsomu hitotsu!” (siapa hayo yang bacanya pakai nada Shinichi Kudo?) 🤣

“Aku nggak berdebat hanya supaya perasaanku meyakinkan di matamu. I think it’s useless. For now, I don’t mind if you can’t trust me. What I know is that I fall for you and that’s all.

– Hans, hlm 136

Loving someone never makes you a criminal—kecuali lo sampai menghalalkan segala cara-cara kotor demi dapetin Hans kayak ngefitnah atau bully, yang mana itu akhirnya bukan cinta tapi bajingan. Sori, gue bukan penganut all’s fair in love and war. Humanity comes first.

– Milly, hlm 163

~

Penulis: Desti Rachmadyah

Berjuta Cerita untuk Satu Kisah | Farmasi UI 2011 | Dream | Read | Write | Green - Blue | Sky - Sea

Tinggalkan komentar